Jumat, 30 Desember 2011

" MUHASABAH DI AKHIR TAHUN "




waktu demi waktu berganti, siang dan malam silih berganti menjadi hitungan minggu, bulan, dan tahun. Pergantian waktu tersebut sejalan dengan perputaran bumi pada porosnya serta pergerakan matahari mengelilingi bumi tiada hentinya sesuai dengan sunatullah.

Karena perputaran matahari mengitari bumi tersebut maka terjadilah pergantian dan perhitungan waktu sebagaimana yang telah digariskan Allah subahanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :

فَالِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’am: 96 )

Dengan silih bergantinya malam dan siang yang secara terus menerus secara rutin, dewasa ini kita telah berada dipenghujung tahun 2011 Masehi yang mendasarkan perhitungannya pada rotasi matahari. Dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2012 sebagai tahun yang harus dilalui sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Begitu cepat rasanya waktu berlalu, tahun 2011 sebentar lagi akan ditinggalkan dan tahun 2012 telah berada diambang pintu, begitu pula menurut perhitungan angka umur manusia semakin meningkat. Bayi tumbuh berkembanmg menjadi balita, balita menjadi menjadi anak-anak, anak-anak menjadi remaja, remaja menjadi pemuda selanjutnya menjadi dewasa dan dewasa semakin mendekati lanjut usia (lansia) atau mendekati umur diambang senja.

Kondisi sedemikian telah secara tegas dinyatakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاء وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”(QS. Ar Ruum : 54 )

Meskipun menurut perhitungan angka perubahan waktu umur umur manusia semakin meningkat, namun pada hakekatnya dalam perhitungan batas umur yang telah digariskan oleh Sang Maha Pencipta secara pasti manusia semakin mendekati garis limit dari umurnya. Selanjutnya kelak kita akan menuju alam barzah (alam kubur ) sebagai alam peralihan (transisi) untuk dibangkitkan kembali di alam akhirat , sesuai dengan Firman Allah subahanahu wa ta’ala :

وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ

“dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” ( QS. Al Hajj : 7 )

Apa Yang Telah Diperbuat

Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah sabda beliau menyebutkan :

“ Tidak akan bergeser kaki seseorang pada hari kiamat sebelum dipertanyakan tentang 4 hal selama yang bersangkutan hidup didunia, yaitu mengenai umurnya selama hayat dikemanakan dan apa yang telah diperbuat, mengenai hartanya dari mana diperoleh dan dipergunakan untuk apa, mengenai ilmunya untuk apa diamalkannya dan mengenai anggota badannya digunakan untuk apa ( apakah untuk maksiat atau kebaikan ) “ ( al-Hadits )

Sejalan dengan hadits diatas maka berketepatan dengan berakhirnya tahun 2011 dan dimasukinya sejarah barun tahun 2012 , seyogyanya kita semua kembali merenungi sejarah hari-hari berlalu yang telah kita jalani, apa saja yang kita perbuat sepanjang waktu satu tahun berlalu. Sebagai invidu manusia perlu untuk melakukan perhitungan atas dirinya sendiri ( muhasabah) . Hal itu sejalan dengan apa yang dimaksud dalam hadits berikut ini“;

سنن الترمذي ٢٣٨٣: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ

Sunan Tirmidzi 2383: Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Waqi' telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus dari Abu Bakar bin Abu Maryam, dan telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman telah mengkhabarkan kepada kami 'Amru bin 'Aun telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Abu Bakar bin Abu Maryam dari Dlamrah bin Habib dari Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah." Dia berkata: Hadits ini hasan, dia berkata: Maksud sabda Nabi "Orang yang mempersiapkan diri" dia berkata: Yaitu orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu di dunia sebelum di hisab pada hari Kiamat. Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob dia berkata: hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia." Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata: Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya."

Kita sebagai individu manusia dalam kehidupan sehari-hari bertindak dan menjalankan fungsi dan perang masing-masing yang berbeda-beda, baik bagai seorang pemuda, selaku suami/isteri, seorang ayah dan kepala rumah tangga, sebagai isteri dan ibu rumah tangga, sebagai karyawan/karyawati atau pegawai negeri dan segala macam profesi tentunya telah menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan eksistensinya.

Peran dan fungsi sebagai amanah dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada segenap insan tentunya harus dijalankan sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku, baik norma-norma dan hukum yang digariskan dalam syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, juga norma-normat dalam kemasyarakatan serta undang-undang permerin tah yang berlaku.

Selaku remaja atau anak muda generasi penerus apakah yang telah kalian lakukan sepanjang tahun ini, apakah pergaulan kalian telah sejalan dengan tuntunan syari’at, terlibatkah kalian dalam mabuk-mabukan dengan minuman keras, obat-obatan terlarang ( narkotika), perkelahian antar remaja dan tindak-tindakan kemaksiatan serta tidak senonoh lainnya ?

Bagi seorang suami, ayah dari anak-anak dan kepala rumah tangga sudahkah dijalankan sdengan benar, bagaimana menjadi suami yang baik bagi isteri, apakah kita sudah menjadi seorang ayah dan seorang kepala rumah tangga yang baik, yang patut diteladani oleh anggota keluarga , sudahkah kita melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh syari’at agama kita dan meninggalkan segala bentuk larangan agama, atau kita melakukan hal-hal yang sebaliknya, apa yang kita berikan kepada keluarga, apakah bersumber dari yang halal atau haram?

Selanjutnya bagi seorang pegawai negeri dan karyawan sudahkah kita berdisiplin sebagaimana yang diharapkan, sudahkah kita melakukan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita, sudahkan kita jauhkan tindakan-tindakan yang tercela yang tidak boleh dilakukan. Begitu pula selaku seorang pemimpin, apakah kita telah menjauhi tindakan yang hanya menguntungkan kepentingan pribadi dengan menimbulkan kerugian berbagai pihak.

Dan yang paling utama kita sebagai individu-individu muslim, perlu merenungi diri kita sendiri tentang apakah kita sudah melakukan perbuatan amal shalih yang diperintahkan oleh syari’at, menjauhkan segala bentuk larangan, sudahkah kita menjauhi segala bentuk perbuatan maksiat yang berbuah dosa, apakah kita pernah melakukanperbuatan zalim terhadap sesama manusia atau melakukan kezaliman atas diri kita sendiri.

Lembaran-lembaran masa lalu merupakan sejarah hidup kita secara amat rinci dan itulah yang kelak akan disodorkan kepada kita untuk dibaca di hadapan Allah pada hari perhitungan nanti. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman :

اقْرَأْ كَتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu" (QS. Al Israa’ : 14).

Firman Allah subhanahu wa ta’ala tersebut lebih dipertegas lagi dengan firman-Nya :

وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. “ ( QS. Al Jaatsiyah : 28)

Justeru itu lebih tepat apabila sebelum tibanya hari panggilan akhirat kelak kita semua mau mengadili diri sendiri

Dengan merenungi sejarah hidup tahun yang telah berlalu sebagai intropeksi atau evaluasi yang dalam Islam dinamakan muhasabah

Bagaimanakah Hari Esok

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( QS. Al Hasyr: 18 )

Ibnu Qaiyim Al Jauzi rahimahumullah dalam menadisrkan ayat tersebut berkata : Maksud “ memperhatikan” dalam ayat tersebut diatas ialah memperhatikan kelengkapan persiapan untuk ,menmyongsong hari akhirat, menmdahulukan apa yangb bisa menyelamatkannya dari siksa Allah, agar wajahnya menjadi bersih di sisi Allah.Umar Ibnu Khattab radhyallahu’anhum pernah berkata : “ Hisapblah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan berhiaslah kalian untuk menghadapi hari penampakan yang agung “


Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda

“Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, atau orang yang hari esok sama dengan hari ini, orang itu akan merugi. Orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin orang itu sungguh celaka, tetapi apa bila hari ini lebih b aik dari kemarin, atau hari esok lebih baik dari hari ini, maka orang itu akan beruntung” ( al-Hadits )

Dari hadits yang dikutip di atas nyatalah bagi kita, bahwa sebagai manusia di dalam melakoni hidup ini kita dituntut dalam setiap gerak kehidupan berbuat yang lebih baik dari hari kemarin , begitu pula tentunya hari esok harus dibuat menjadi lebih baik daripada hari ini. Sehingga kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

مَّنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(QS. Al Isra : 15 )

Apabila diantara dan kita sementara ini termasuk golongan yang merugi ataupun termasuk golongan yang celaka maka harus diusahakan untuk mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Cobalah untuk mengubah cara dan pola hidup yang lebih mendekatkan kita kepada perbuatan-perbuatan yang berbakitan dengan kebaikan dan melupakan perbuatan-perbuatan yang kurang atau tidak terpuji dan tidak bermoral. Kerjakanlah segala bentuk perintah syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, tinggalkan dan jauhkan segala apa saja yang dilarang. Meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan munkar. Insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang tergolong dalam kelompok orang-orang yang beruntung.

Setelah kita merenung dengan ber-muhasabah dan berhasil mendapatkan kelemahan-kelemahan diri sendiri selama kurun waktu satu tahun yang lalu, maka berjanjilah pada diri kita sendiri dan bertaubat untuk tidak melakukan kembali kesalahan-kesalahan dimasa lampau. Niscaya kita akan mendapatkan hari esok yang lebih baik dari hari ini. Songsonglah hari esok yang lebih cerah dengan rasa optimisme dan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Insya Allah, Allah akan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan akan memberikan bimbingan kepada kita kejalan yang diridhai-Nya.

( Wallaahu’alam bishawab )

Samarinda, ba’da dhuha, Sabtu, 6 Shafar 1433 H / 31 Desember 2011

(Musni Japrie )

Kamis, 20 Oktober 2011

" HIDUP INI SUDAH SURATAN "



Hari selasa kemarin, saya kembali menjalani program fisioterafi di RSU Wahab Syahranie atas syaraf terjepit yang sayaderita sudah 3 minggu ini. Sementara menunggu antrian giliran saya duduk santai diruang tunggu yang ada pendinginnya,duduk disamping saya seorang lelaki dengan memangku seorang gadis cilik yang ternyata juga harus menjalani program fisioterafi secara rutin karena kelumpuhan tidak bisa berjalan. Lelaki tersebut saya ajak ngobrol tentang berbagai hal. Ia mengaku bernama Giman berasal dari sebuah desa kecil di Kabupaten Kutai Barat jauh dipedalaman sungai Mahakam. Giman juga bercerita bahwa empat orang anak-anaknya seluruhnya menderita penyakit kelumpuhan tidak dapat berjalan sehingga hanya mampu merangkak. Gadis kecil yang dipangkunya merupakan anak yang keempat berumur kurang lebih 5 tahun.Giman menceritakan kehidupannya sebagai petani dipedalaman dengan tanggungan anak-anak yang seluruhnya menderita kelumpuhan bagi orang lain mungkin merupakan hal yang cukup berat dan membutuhkan kesabaran yang tinggi, namun bagi ia dan isterinya kondisi seperti ini mereka hadapi dengan pasrah kepada yang diatas karena hidup ini sudah suratan katanya.
Apa yang diucapkan oleh Giman bahwa “ hidup ini sudah suratan “ sangatlah berkesan karena orang semacam Giman petani lugu dari pedalaman dapat memaknai hidup sebagai sebuah ketetapan dan ia dan isterinya pasrah menerimanya dengan kesabaran yang tinggi dab memahami hakekat dari takdir Allah.
Penderitaan Merupakan Ketetapan Dari Allah Bagi Manusia
Sebagaimana yang sering disinggung oleh para ulama, bahwa seluruh makhluk yang diciptakan Allah mengikuti skenario yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Ta’ala dalam takdir 50.000 tahun sebelum bummi diciptakan, yang tentunya termasuk di dalamnya segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan bani adam baik berupa kebahagian atau kesengsaraan seperti penderitaan berupa penyakit yang menimpa manusia, Hal tersebut ditegaskan dalam firman Allah Subhanahu Ta’ala :

وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
‘J.’ ( QS. Yunus : 107 )

Apapun yang menimpa manusia berupa takdir sebagai suatu ketetapan yang datangnya dari Allah Subhanahu Ta’ala tidak akan lepas dari manusia seperti yang disebutkan Allah dalam firman-Nya
قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَاْليَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”( QS.at-Taubah : 51 )
Sesungguhnya musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah Yang Maha Bijaksana. Allah ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.” (Qs. at-Taghabun: 11)
Ibnu Katsir rahimahullah menukil keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa yang dimaksud dengan izin Allah di sini adalah perintah-Nya yaitu ketetapan takdir dan kehendak-Nya. Beliau juga menjelaskan bahwa barang siapa yang tertimpa musibah lalu menyadari bahwa hal itu terjadi dengan takdir dari Allah kemudian dia pun bersabar, mengharapkan pahala, dan pasrah kepada takdir yang ditetapkan Allah niscaya Allah akan menunjuki hatinya. Allah akan gantikan kesenangan dunia yang luput darinya -dengan sesuatu yang lebih baik, pent- yaitu berupa hidayah di dalam hatinya dan keyakinan yang benar. Allah berikan ganti atas apa yang Allah ambil darinya, bahkan terkadang penggantinya itu lebih baik daripada yang diambil. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma ketika menafsirkan firman Allah (yang artinya), “Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya.” Maksudnya adalah Allah akan tunjuki hatinya untuk merasa yakin sehingga dia menyadari bahwa apa yang -ditakdirkan- menimpanya pasti tidak akan meleset darinya. Begitu pula segala yang ditakdirkan tidak menimpanya juga tidak akan pernah menimpa dirinya Beliau -Ibnu Katsir- juga menukil keterangan al-A’masy yang meriwayatkan dari Abu Dhabyan, dia berkata, “Dahulu kami duduk-duduk bersama Alqomah, ketika dia membaca ayat ini ‘barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya’ dan beliau ditanya tentang maknanya. Maka beliau menjawab, ‘Orang -yang dimaksud dalam ayat ini- adalah seseorang yang tertimpa musibah dan mengetahui bahwasanya musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridha dan pasrah kepada-Nya.” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim di dalam tafsir mereka. Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan ketika menafsirkan ayat itu, “Yaitu -Allah akan menunjuki hatinya- sehingga mampu mengucapkan istirja’ yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa ayat di atas berlaku umum untuk semua musibah, baik yang menimpa jiwa/nyawa, harta, anak, orang-orang yang dicintai, dan lain sebagainya. Maka segala musibah yang menimpa hamba adalah dengan ketentuan qadha’ dan qadar Allah. Ilmu Allah telah mendahuluinya, kejadian itu telah dicatat oleh pena takdir-Nya. Kehendak-Nya pasti terlaksana dan hikmah/kebijaksanaan Allah memang menuntut terjadinya hal itu. Namun, yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah hamba yang tertimpa musibah itu menunaikan kewajiban dirinya ketika berada dalam kondisi semacam ini ataukah dia tidak menunaikannya? Apabila dia menunaikannya maka dia akan mendapatkan pahala yang melimpah ruah di dunia dan di akherat. Apabila dia mengimani bahwasanya musibah itu datang dari sisi Allah sehingga dia merasa ridha atasnya dan menyerahkan segala urusannya -kepada Allah, pent- niscaya Allah akan tunjuki hatinya. Dengan sebab itulah ketika musibah datang hatinya akan tetap tenang dan tidak tergoncang seperti yang biasa terjadi pada orang-orang yang tidak mendapat karunia hidayah Allah di dalam hatinya. Dalam keadaan seperti itu Allah karuniakan kepada dirinya -seorang mukmin- keteguhan ketika terjadinya musibah dan mampu menunaikan kewajiban untuk sabar. Dengan sebab itulah dia akan memperoleh pahala di dunia, di sisi lain ada juga balasan yang Allah simpan untuk-Nya dan akan diberikan kepadanya kelak di akherat. Hal itu sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya hanya akan disempurnakan balasan bagi orang-orang yang sabar itu dengan tanpa batas hitungan.”
Beliau melanjutkan, apabila seorang hamba disandarkan hanya kepada kekuatan dirinya sendiri maka tidak ada yang diperolehnya melainkan keluhan dan penyesalan yang hal itu merupakan hukuman yang disegerakan bagi seorang hamba sebelum hukuman di akhirat akibat telah melalaikan kewajiban bersabar. Di sisi yang lain, ayat di atas juga menunjukkan bahwasanya setiap orang yang beriman terhadap segala perkara yang diperintahkan untuk diimani, seperti iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, takdir yang baik dan yang buruk, dan melaksanakan konsekuensi keimanan itu dengan menunaikan berbagai kewajiban, maka sesungguhnya hal ini merupakan sebab paling utama untuk mendapatkan petunjuk Allah dalam menyikapi keadaan yang dialaminya sehingga dia bisa berucap dan bertindak dengan benar. Dia akan mendapatkan petunjuk ilmu maupun amalan. Inilah balasan paling utama yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman. Maka orang-orang beriman itulah orang yang hatinya paling mendapatkan petunjuk di saat-saat berbagai musibah dan bencana menggoncangkan jiwa kebanyakan manusia. Keteguhan itu ditimbulkan dari kokohnya keimanan yang tertanam di dalam jiwa mereka
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa di dalam ayat di atas terkandung beberapa pelajaran yang agung, yaitu:
1.Segala musibah yang menimpa itu terjadi dengan qadha’ dan qadar dari Allah ta’ala.
2.Merasa ridha terhadap takdir tersebut dan bersabar dalam menghadapi musibah merupakan bagian dari nilai-nilai keimanan, sebab Allah menamakan sabar di sini dengan iman.
Kesabaran itu akan membuahkan hidayah menuju kebaikan di dalam hati dan kekuatan iman dan keyakinan.Dan semoga kita dapat mencontoh bagaimana Giman dan isterinya dengan kesabaran tinggi menerima hidup miskin dengan anak-anak yang menderita kelumpuhan karena hidup ini sudah suratan.
Samarinda, 20 Oktober 2011
( Musni Japrie )

"HIDUP INI SUDAH SURATAN '



Hari selasa kemarin, saya kembali menjalani program fisioterafi di RSU Wahab Syahranie atas syaraf terjepit yang sayaderita sudah 3 minggu ini. Sementara menunggu antrian giliran saya duduk santai diruang tunggu yang ada pendinginnya,duduk disamping saya seorang lelaki dengan memangku seorang gadis cilik yang ternyata juga harus menjalani program fisioterafi secara rutin karena kelumpuhan tidak bisa berjalan. Lelaki tersebut saya ajak ngobrol tentang berbagai hal. Ia mengaku bernama Giman berasal dari sebuah desa kecil di Kabupaten Kutai Barat jauh dipedalaman sungai Mahakam. Giman juga bercerita bahwa empat orang anak-anaknya seluruhnya menderita penyakit kelumpuhan tidak dapat berjalan sehingga hanya mampu merangkak. Gadis kecil yang dipangkunya merupakan anak yang keempat berumur kurang lebih 5 tahun.Giman menceritakan kehidupannya sebagai petani dipedalaman dengan tanggungan anak-anak yang seluruhnya menderita kelumpuhan bagi orang lain mungkin merupakan hal yang cukup berat dan membutuhkan kesabaran yang tinggi, namun bagi ia dan isterinya kondisi seperti ini mereka hadapi dengan pasrah kepada yang diatas karena hidup ini sudah suratan katanya.
Apa yang diucapkan oleh Giman bahwa “ hidup ini sudah suratan “ sangatlah berkesan karena orang semacam Giman petani lugu dari pedalaman dapat memaknai hidup sebagai sebuah ketetapan dan ia dan isterinya pasrah menerimanya dengan kesabaran yang tinggi dab memahami hakekat dari takdir Allah.
Penderitaan Merupakan Ketetapan Dari Allah Bagi Manusia
Sebagaimana yang sering disinggung oleh para ulama, bahwa seluruh makhluk yang diciptakan Allah mengikuti skenario yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Ta’ala dalam takdir 50.000 tahun sebelum bummi diciptakan, yang tentunya termasuk di dalamnya segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan bani adam baik berupa kebahagian atau kesengsaraan seperti penderitaan berupa penyakit yang menimpa manusia, Hal tersebut ditegaskan dalam firman Allah Subhanahu Ta’ala :

وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصَيبُ بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ ( QS. Yunus : 107 )

Apapun yang menimpa manusia berupa takdir sebagai suatu ketetapan yang datangnya dari Allah Subhanahu Ta’ala tidak akan lepas dari manusia seperti yang disebutkan Allah dalam firman-Nya
قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَاْليَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”( QS.at-Taubah : 51 )
Sesungguhnya musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah Yang Maha Bijaksana. Allah ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.” (Qs. at-Taghabun: 11)
Ibnu Katsir rahimahullah menukil keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa yang dimaksud dengan izin Allah di sini adalah perintah-Nya yaitu ketetapan takdir dan kehendak-Nya. Beliau juga menjelaskan bahwa barang siapa yang tertimpa musibah lalu menyadari bahwa hal itu terjadi dengan takdir dari Allah kemudian dia pun bersabar, mengharapkan pahala, dan pasrah kepada takdir yang ditetapkan Allah niscaya Allah akan menunjuki hatinya. Allah akan gantikan kesenangan dunia yang luput darinya -dengan sesuatu yang lebih baik, pent- yaitu berupa hidayah di dalam hatinya dan keyakinan yang benar. Allah berikan ganti atas apa yang Allah ambil darinya, bahkan terkadang penggantinya itu lebih baik daripada yang diambil. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma ketika menafsirkan firman Allah (yang artinya), “Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya.” Maksudnya adalah Allah akan tunjuki hatinya untuk merasa yakin sehingga dia menyadari bahwa apa yang -ditakdirkan- menimpanya pasti tidak akan meleset darinya. Begitu pula segala yang ditakdirkan tidak menimpanya juga tidak akan pernah menimpa dirinya Beliau -Ibnu Katsir- juga menukil keterangan al-A’masy yang meriwayatkan dari Abu Dhabyan, dia berkata, “Dahulu kami duduk-duduk bersama Alqomah, ketika dia membaca ayat ini ‘barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya’ dan beliau ditanya tentang maknanya. Maka beliau menjawab, ‘Orang -yang dimaksud dalam ayat ini- adalah seseorang yang tertimpa musibah dan mengetahui bahwasanya musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridha dan pasrah kepada-Nya.” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim di dalam tafsir mereka. Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan ketika menafsirkan ayat itu, “Yaitu -Allah akan menunjuki hatinya- sehingga mampu mengucapkan istirja’ yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa ayat di atas berlaku umum untuk semua musibah, baik yang menimpa jiwa/nyawa, harta, anak, orang-orang yang dicintai, dan lain sebagainya. Maka segala musibah yang menimpa hamba adalah dengan ketentuan qadha’ dan qadar Allah. Ilmu Allah telah mendahuluinya, kejadian itu telah dicatat oleh pena takdir-Nya. Kehendak-Nya pasti terlaksana dan hikmah/kebijaksanaan Allah memang menuntut terjadinya hal itu. Namun, yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah hamba yang tertimpa musibah itu menunaikan kewajiban dirinya ketika berada dalam kondisi semacam ini ataukah dia tidak menunaikannya? Apabila dia menunaikannya maka dia akan mendapatkan pahala yang melimpah ruah di dunia dan di akherat. Apabila dia mengimani bahwasanya musibah itu datang dari sisi Allah sehingga dia merasa ridha atasnya dan menyerahkan segala urusannya -kepada Allah, pent- niscaya Allah akan tunjuki hatinya. Dengan sebab itulah ketika musibah datang hatinya akan tetap tenang dan tidak tergoncang seperti yang biasa terjadi pada orang-orang yang tidak mendapat karunia hidayah Allah di dalam hatinya. Dalam keadaan seperti itu Allah karuniakan kepada dirinya -seorang mukmin- keteguhan ketika terjadinya musibah dan mampu menunaikan kewajiban untuk sabar. Dengan sebab itulah dia akan memperoleh pahala di dunia, di sisi lain ada juga balasan yang Allah simpan untuk-Nya dan akan diberikan kepadanya kelak di akherat. Hal itu sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya hanya akan disempurnakan balasan bagi orang-orang yang sabar itu dengan tanpa batas hitungan.”
Beliau melanjutkan, apabila seorang hamba disandarkan hanya kepada kekuatan dirinya sendiri maka tidak ada yang diperolehnya melainkan keluhan dan penyesalan yang hal itu merupakan hukuman yang disegerakan bagi seorang hamba sebelum hukuman di akhirat akibat telah melalaikan kewajiban bersabar. Di sisi yang lain, ayat di atas juga menunjukkan bahwasanya setiap orang yang beriman terhadap segala perkara yang diperintahkan untuk diimani, seperti iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, takdir yang baik dan yang buruk, dan melaksanakan konsekuensi keimanan itu dengan menunaikan berbagai kewajiban, maka sesungguhnya hal ini merupakan sebab paling utama untuk mendapatkan petunjuk Allah dalam menyikapi keadaan yang dialaminya sehingga dia bisa berucap dan bertindak dengan benar. Dia akan mendapatkan petunjuk ilmu maupun amalan. Inilah balasan paling utama yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman. Maka orang-orang beriman itulah orang yang hatinya paling mendapatkan petunjuk di saat-saat berbagai musibah dan bencana menggoncangkan jiwa kebanyakan manusia. Keteguhan itu ditimbulkan dari kokohnya keimanan yang tertanam di dalam jiwa mereka
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa di dalam ayat di atas terkandung beberapa pelajaran yang agung, yaitu:
1. Segala musibah yang menimpa itu terjadi dengan qadha’ dan qadar dari Allah ta’ala.
2. Merasa ridha terhadap takdir tersebut dan bersabar dalam menghadapi musibah merupakan bagian dari nilai-nilai keimanan, sebab Allah menamakan sabar di sini dengan iman.
Kesabaran itu akan membuahkan hidayah menuju kebaikan di dalam hati dan kekuatan iman dan keyakinan.Dan semoga kita dapat mencontoh bagaimana Giman dan isterinya dengan kesabaran tinggi menerima hidup miskin dengan anak-anak yang menderita kelumpuhan karena hidup ini sudah suratan.
Samarinda, 20 Oktober 2011
( Musni Japrie )

Sabtu, 15 Oktober 2011

" HANYA ENGKAU "



Hanya engkau
Mentari pagi penerang Untuk penghidupanku
Menerangi keseluruh kalbu
Hanya Engkau
Sang rembulan
Penerang gelapnya malam
Menuntun digelap gulita malam
Hanya engkau tujuanku satu
Dikau tumpuan tempat aku kembali
Dengarkanlah hatiku mengadu
Di tengah kesepian malam hening tak berbintang
Hanyalah Engkau tempat meminta
Kepada-Mulah hatiku terpaut sudah
Tiada cinta selain kepada Engkau
( by: musni Japrie )

Senin, 26 September 2011

" Masih Ada hari Esok "



Mendung tidak lah selalu kelabu
Di baliknya masih ada mentari bersinar cerah
Malam tidaklah selalu kelam mencekam
Masih ada hari esok penuh harapan
Hujan badai takkan lama dan pasti berlalu
Kemarau kering kerontang melanda persada
Terhapus deraian air di musim penghujan
Menumbuh kembangkan permadani rerumputan
Rerantingan pepohonan tidaklah gersang selamanya
Karena akan bersemi pucuk-pucuk hijau semerbak

Laut tidak selamanya bergelora menghempaskan biduk
Laut tenang angin berhembus lembut menanti
Layar berkembang melaju dihembus angin daratan
Samudera luas seperti tak bertepi dikaki langit
Di ujungnya menanti pulau menjemput harapan
Bahtera tidaklah berlayar tanpa henti
Tepian tempat berlabuh selalu menanti

Jalan tidaklah selalu mendaki dan berliku
Di hadang krikil dan bebatuan tajam
Di ujungnya menanti jalan lurus dan mulus
Cerita tidaklah pernah tidak selesai
Panggung sandiwara pastilah usai
Derita kehidupan niscaya berujung
Masih ada hari esok penuh harapan

(By : Musni Japrie )
Kota Tepian, 17 September 2011

" Tidak Selamanya "


Pagi tidak selamanya menggumamkan cinta
Tetesan embun berangkat dijemput hujan kelabu
Kutilang tidak lagi melantunkan keriangan
Tenggelam dalam sepi
Derai lembut angin di pucuk dedaunan hijau terhenti
Desah angin daratan di laut membiru telah lalu
Yang ada hanya gelombang menghempas badai
Rembang petang tidak lagi berhias pelangi
Kemuning senja bermuram durja
Rembulan berlalu terhapus kelamnya malam
Bintang gemintang kehilangan kelipnya
Aroma sedap malam tersapu derunya sepi
Itulah rona kehidupan dalam lukisan
Adegan adegan dalam rentang waktu
Dunia sandiwara penuh gelak tawa
Akan usai kehabisan cerita
Tinggalah sepi sendiri memagut sunyi
Kehilangan rindu dan cinta masa lalu
Menunggu datangnya kisah-kisah baru kehidupan
(by : musni Japrie )

Kamis, 15 September 2011

" P e m u r a h "



Belum ditadahkan tangan meminta
Engkau telah curahkan beragam nikmat
Tak terhitung jumlahnya
Bagi setiap makhluk bernyawa di hamparan bumi
Sungguh Engkau Maha Pemurah ya Rabb ……..

Belum sempat terucap mohon dan pinta
Engkau hamparkan rezeki ke bumi-Mu
Setiap insan mendapatkan bagiannya sendiri-sendiri
Engkau murahkan rezeki bagi hamba-hamba-Mu
Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Rezeki ya Rabb……

Kepada hamba yang durhaka
Kepada hamba yang patuh
Engkau tebarkan kemurahan-Mu
Engkau curahkan rezeki dari-Mu
Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih bagi hamba-hamba-Mu

Meski Engkau Maha Pemurah
Meski Engkau Maha Pemberi rezeki
Meski Engkau Maha Pengasih
Masih banyak hamba-hamba-Mu yang durhaka
Masih banyak hamba-hamba-Mu yang ingkar

Ya Rabb Yang Maha Pemurah
Ya Rabb yang Maha Pemberi rezeki
Ya Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Jangan Engkau jadikan kami hamba-hamba yang durhaka
Jangan Engkau jadikan kami hamba-hamba yang inkar
Masukkan kami kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang bersyukur

Tepian Mahakam ,17 Syawal 1432 H /. 15 September 2011
By: Musni Japrie

Selasa, 13 September 2011

KUGENGGAM JEMARI-MU



( Puisi cinta untuk ibu dari anak-anakku)


Sehati kita berdua nyanyikan lagu cinta
Kugengam jemarimu dalam sekeranjang bunga
Sebiduk berdua melaju disamudera rindu
Desah cemara laut dibawah awan kemuning melepas senja
Melaju dijemput purnama mengarungi malam
Berpagut dalam selimut rembulan
Berpacu merebut idaman diujung kaki langit

Kugenggam mesra tanganmu manis
Kukalungkan pelangi yang dipetik dari rembang petang
Angin daratan gemulai mengembangkan layar
Buih memutih diujung gelombang menyongsong pelabuhan cinta
Berlabuhnya dua hati dalam kedamaian
Dalam hari-hari yang tak pernah sepi
Mereguk rindu yang tak pernah henti

Bagaikan merpati yang kembali kekandang
Setelah lelah terbang menjelajahi awan
Hati ini selalu terpaut rindu dekapan hangatmu
Wangi rumput-rumputan, hutan belantara dan seribu bunga
Terikat dalam hidup penuh gairah
Meski mentari merayapi petang
Dan akhir senja datang menjelang.

14 September 2011
( by. Musni Japrie)

Minggu, 11 September 2011

" T A K U T "



Dalam keheningan di penghujung waktu
Tatkala malam berselimut kegelapan
Bulan tua memudar tersapu guratan awan
Renungan merayap perlahan menerawang jauh
Bertengger di pelataran padang masyhar
Tergambarkan keras dan pedihnya derita
Karena jauhnya ampunan dari-Nya

Bergetar tubuh terbawa goncangan hati
Ketakutan andaikan pinta yang ditadahkan tertolak oleh-Nya
Meneteslah titik-titik air disela-sela pelupuk mata
Hawatir andaikan istigfar tidak mau didengar oleh-Nya
Takut bila keikhlasan ternoda cinta kepada selain-Nya
Ketakutan akan ditolaknya ketaatan karena terselip ujub dan riya
Sedih mengingat kezaliman dan kemaksiatan yang lalu

Basah sajadah oleh tetesan airmata di kala fajar menyembul
Andaikan ketukan penjemput kematian sudah diambang pintu
Kehidupan ini masih tersisipi lumpur-lumpur duniawi
Bekal untuk memandang wajah-Mu hanya sebutir biji sawi
Ketakutan kepada Engkau menggayut di hati
Ketakutan bila Engkau enggan memberikan rahmat
Sungguh tidak sanggup diri ini menanggung kepedihan siksa-Mu

Bergetar persendian ini takut kepada-Mu
Mengingat amal ibadah hanyalah seberat zarah
Beban kesalahan bertumpuk menjadi gunung
Memberatkan anak timbangan dosa
Engkau Hakim Pemutus tidak mau menoleh
Tercampaklah diri ini dalam lembah api yang menyala
Hancur lebur dalam siksa berkepanjangan

Kesyukuran hanya setitik embun ditengah luasnya samudera nikmat-Mu
Amal ibadah hanyalah sebutir debu tak bernilai
Ampunan-Mu yang seluas bumi dan langit
Rahmat-Mu seluas jagat raya tak bertepi
Menghembuskan wewangian surga yang dirindukan
Menyinarkan harapanku pada-Mu.

Ujung Kota, ba’da isya 15 Syawal 1432 H/13 September 2011
( by : musni japrie )

Sabtu, 10 September 2011

" YA TUHAN-KU "



Tuhan-ku
Resah dan gelisah menyergap diri
Tersesat di belantara hutan kehidupan duniawi
Kelam tiada cahaya dilorong labirin yang menggurita
Berliku lereng terjal menghempaskan diri
Riuh rendah ajakan untuk mengembara di dalamnya
Tuhan-ku
Mata hati ini buta dari melihat keindahan surgawi
Terselubung pandangan indah gemerlap duniawi
Hati ini membeku dibalut kesombongan
Tidak pernah tergetar dengan sentuhan iman
Terbuai dalam lumpur kehidupan menyesakkan

Tuhan-ku
Tangan ini tidak pernah menadahkan tangan kepada-Mu
Kaki ini tidak pernah diajak melangkah menuju-Mu
Pendengaran ini tidak berkesempatan mendengarkan kalimah-Mu
Mata ini belum pernah meneteskan air penyesalan
Lisan ini belum pernah dibasahi dengan istigfar

Tuhan-ku
Teteskan embun pagi menyegarkan di kalbu ini
Mencairkan kebekuan dalam iman kepada-Mu
Nyalakan lentera pencerah hati
Tuntunlah langkah ini kejalan ridha-Mu
Basuhlah lumpur dalam diri ini dengan ampunan-Mu
Hamparkan persada untuk bersujud menghadap-Mu

Tuhan-ku
Balutkan hati yang terbelah ini dengan cinta-Mu
Sisipkan dalam jiwa ini kerinduan untuk-Mu
Teteskan embun tangisku dalam penyesalan
Bentangkan tangan-Mu menerima taubatku
Puaskan hasratku untuk kembali bercinta dengan-Mu

Tepian Mahakam, 13 Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

Jumat, 09 September 2011

SENJA DI BIBIR PANTAI



Kusapukan tatapan mata kelaut lepas
Memandangi alunan gelombang berebut menjilat pantai
Debur ombak memecah buih membasahi pasir putih
Dibawah mentari petang menebarkan cahaya lembut
Menyapa burung camar yang terbang meniti laut

Laut membiru tak berujung
Perahu nelayan beriringan berlomba melaut
Kepak sayap elang laut pulang kesarang
Rembang petang beringsut menjemput warna kemuning
Riuh hati gundah gulana menyapa alam di bibir pantai
Merenung dibawah belaian angin lembut desiran daun cemara laut

Pasang air laut menyentuh rasa membasahi diri
B erdiri lunglai menanti senja di bibir pantai
Sepuhan warna kekuningan di langit petang semakin memudar
Terhapus lukisan senja merah tembaga
Mentari jauh dikaki langit beranjak pamit keperaduan

Alunan syahdu seruan menuju sang maha Pencipta
Menggelitik jiwa membangkitkan rasa
Bersujud dipersada hamparan hijau
Melepas rindu yang bergayut mesra
Menghantarkan senja indah dibibir pantai
Menjemput purnama dalam kalbu yang mengharu biru

Samarinda, 9 Agustus 2011
( by : Musni Japrie)

Kamis, 08 September 2011

" KUFUR NIKMAT "


Purnama bertahta diatas singgasananya diufuk timur
Menyirimkan cahaya kemilau menerpa daun dan rerumputan hijau
Malam terang benderang bertaburan mutiara gemintang di kejauhan
Gemersik suara jangkerik menambah kesyahduan malam
Melukiskan indahnya malam dengan wewangian bunga memikat
Tergetarkah hati hamba memandang anugerah Illahi
Membisikkan tahmid memuji Sang Pemberi nikmat
Ataukah hanya terlena dan hanyut dalam hayal
Larut dalam suka ria yang melalaikan kesyukuran kepada-Nya

Betapa banyak anugerah nikmat yang tak ternilai
Mengalir dari sumber-Nya tak pernah surut
Silih berganti berdatangan beriringan menyapa setiap hamba
Dalam setiap desahan nafas terkandung nikmat tak terputus
Dalam setiap dentangan detik nikmat merajut jalinan hidup
Tetapi banyak hamba yang lupa kepada Rabb Sang Pemberi nikmat
Kebanyakan manusia hanya sibuk menghayati berbagai kenikmatan
Lisannya bisu dari melantunkan tahmid
Hatinya kaku dari mengagungkan Sang Khalik yang tak henti mengalirkan nikmat
Anggauta tubuhnya tak pernah mengamalkan ketaatan
Rukuk dan bersujud menghambakan diri di depan Sang Pencipta

Sungguh kebanyakan hamba telah ingkar
Kufur akan segala nikmat yang tidak dapat dihitung
Melupakan asal datangnya nikmat
Mereguk dengan rakus segala kenikmatan
Tidak segan menanggung beban hutang
Merangkul kenikmatan tanpa memberikan balasan
Walaupun hanya sekedar rasa syukur kepada Yang Memberi
Sungguh kebanyakan hamba telah kufur akan nikmat Allah

Tepian Mahakam, 7 Agustus 2011
( by: musni Japrie )

Minggu, 04 September 2011

SENJA KIAN MENDEKAT



Berdiri aku didepan cermin
Memandangi diri dan merenung
Ketampanan yang dibanggakan telah sirna dimakan zaman
Kini hanyalah sebatang tubuh yang merapuh
Mentari pagi yang ceria beringsut semakin meninggi
Rembang petang menjemput senja

Ketukan pintu penjemput pastilah datang
Menghantarkan ketempat penantian di liang lahat
Bergetar hati mengingatnya, menggigil ketakutan
Tubuh ini tidak mampu menanggung siksa
Yang meluluh lantakkan diri
Akibat acuh atas cinta dari-Nya

Tubuh yang rapuh dimakan umur
Bertabur diatasnya lumpur-lumpur kehidupan
Tubuh yang tidak pernah rukuk dan bersujud
Langkah kaki yang diayunkan ke kolam kenikmatan dunia
Lisan yang kaku dalam menyebut nama-Nya
Hati yang tidak pernah menyiratkan dzikir

Ketika senja semakin mendekat
Tergelitik untuk melantunkan taubat
Menetes penyesalan diri dari yang lampau
Ya Rabb, berikan kepada hamba lentera penerang
Ya Rabb, berikan magfirah-Mu
Ya Rabb, ketika pesuruh-Mu datang menjemput
Gerakkan hati dan lisanku mengingat-Mu
Mudahkan hamba menuju-Mu

Ujung Kota Tepian, 4 Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

Sabtu, 03 September 2011

" BALASLAH CINTA-NYA "




Disingkapkan-Nya mentari pagi dari selaput malam
Merayap dengan cahaya lembut membangunkan segenap insan
Bergegas menangguk rezeki yang dihamparkan
Gambaran kecintaan Sang Maha Pemberi bagi segenap hamba-Nya
Meluaskan rezeki tanpa pilih kasih
Dengan takaran yang sesuai garis-Nya
Hamba yang bersyukur atau kufur memperoleh bagiannya
Karena kecintaan-Nya

Dipergantikan-Nya cahaya siang ajang menapaki hidup
Dengan senyum rembulan wadah bercengkrama
Diselimutkan-Nya malam dalam peluk kasih
Disisipi-Nya mimpi-mimpi indah dalam lelap
Bukti kecintaan-Nya pada hamba-hamba-Nya

Betapa sang khalik menebarkan cinta-Nya kesegenap hamba-Nya
Tak terhitung nikmat dituangkan dalam gelas-gelas kehidupan
Karena kecintaan dan kasih sayang-Nya
Hanya sedikit hamba yang membalas cinta-Nya
Sedikit hamba yang mensyukuri cinta-Nya

Betapa banyak yang tidak membalas cinta dan kasih sayang-Nya
Betapa banyak hamba lalai dalam membuktikan cinta kepada-Nya
Tidak sedikit hamba yang tidak pandai berterimakasih
Tidak sedikit hamba yang kufur nikmat dan cinta-Nya
Tidak sedikit hamba yang enggan mencintai-Nya

Hamba-hamba yang berleha-leha tanpa malu diatas bumi ciptaan-Nya
Berdendang riang dibawah payung langit buatan-Nya
Lupa yang ada pada dirinya sebagai nikmat-Nya
Melalaikan untuk sujud pada pemberi nikmat
Melarutkan diri dalam godaan hawa nafsu
Melabuhkan cinta kepada selain-Nya

Wahai hamba-hamba yang lalai
Bersegeralah berlari menuju-Nya
Balaslah cinta-Nya dengan mencintai-Nya
Mencintai-Nya dengan cinta diatas segala cinta
Rangkul dan jangan lepaskan cinta-Nya
Sebelum Dia palingkan Wajah-Nya

Tepian Mahakam, 3 Syawal 1432 H
( by : musni japrie )

Jumat, 02 September 2011

CINTAKU JAUH DI PULAU

( Khairil Anwar )

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946

BERSAMA AWAN



Menembus relung-relung bayang-bayang waktu
semua yang ada berpencar berpadu pada yang Satu
nuansa warna indah terBbias nampak di awan
kusematkan senandung pujianku
sembari pandanganku melukis diawan

Bersama awan yang bergerak perlahan
berzikir pula denyut jantungku
meski lisanku tak kuat menyebut keagungan-Nya

Bersama awan yang berarak
mengiringi segala gerak
air kehidupan yang tercurah
membuat segalanya menjadi anugerah
bersama awan....

( nn)


TERHEMPAS LAGI



untukmu yang selalu tertawa tiap hari
lihatlah dikedalaman hati dan jiwamu
pernahkah kau lihat sosok sejati dirimu ?....
sebab yang kau lihat pada cermin itu hanyalah
sebuah jasad yang kan mati menjadi bangkai

berbuatlah sesukamu...
berucaplah sepuasmu....
tertawalah....
menangislah...
tak kan ada arti bagimu...
jika kasih sayang-Nya tak menghampirimu
kau hanyalah jiwa yang terhempas
tertiup angin bersama debu duniawi

kemanakah tempat kembalimu ?....
atau kau memang rela jiwamu terhempas lagi ?...

( NO NAME )

PENUH DOSA



Oh Tuhanku dosaku melekat pada kulitku

bagaimanakah jika ia bicara tentang aku
Tak kan cukup air mata menghapus bayangan dosaku
Tak kan cukup sejuta istighfar menghilangkan salahku
Tak kan cukup sejuta amal menebus dosaku
Kecuali rahmat-Mu oh Rabbku

Mulia bukan untuk diriku
Pujian tak pantas bagiku
Tak kan mampu ku menutupi aibku
Kecuali rahmat-Mu oh Rabbku

Semua yang buruk ada padaku
Kotorlah aku
Kehinaan diriku di hadapan-Mu
Kecuali rahmat-Mu oh Rabbku

Demi langit dan bumi-Mu
Hanya kuburlah tempat yang layak bagiku
Rabb...Kusedih bila melihat Kau
Sedang memuliakan orang-orang yang Kau sayangi
Bagaimana denganku ?...

(NN )

PUISI BINGKAI MALAM



Untukmu aku bertanya.
Tentang relung itu, relung malam.
di pelupuk mentari.
Betapa aku berkali-kali hanyut melodi senjamu.
Untukmu juga, lihat pundak itu.
pundak retak bingkai malam.
Betapa retaknya membuat relungku terjungkal.
Untukmu,
di bingkai malam ini rembulan bergurau.
Dia kata tetes permatamu biru.
Biru, benar, layaknya tiraimu,
Tirai hatimu membiru terhempas rembulan.
Andai engkau tahu.
Biorama irama malam penuh tanya.
Aku kira ini malam panjang.
Dan aku merasa, mungkin
sengaja ia tutup persegi cahaya, lagi.
dengan tirai permata biru, seakan ingin.
relung senyum mu tak lekas lepas.
dari bingkai malamku.
By : Febrian Tegar Wicaksana

SURAT DARI IBU


(Puisi Asrul Sani)

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

DAWAI SANG SUFI


(Al Futuhat)


Hidup adalah ibadah
Dalam ayat-Nya Allah berfirman,
Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’bududun
Lama aku tidak percaya dengan ayat ini
Fikirku aku hanya disuruh shalat, puasa dan dzikir
Apalagiketika aku berfikir tentang ayat,
Wa’bud robbaka hatta ya’tiyakal yakin,
Demi Allah, aku tidak sanggup untuk beribadah terus menerus…
Aku bingung
Aku takut
Aku lari dari pendapatku sendiri
Suatu hari aku bertanya kepada guruku
Guruku mengatakan, “Tidak salah pendapatmu, tapi kurang”.
Ketahuilah…..
Dalam ayat lain Allah juga berfirman
Wala tansa nasibaka minaddunya
Dan La yukallifullahu nafsan illa wus’aha
Jelas Allah tidak hanya menyuruh kita untuksholat dan puasa
Allah juga menyuruh kita untukmencari dunia
Bahkan Allah melarang kita untuk membebani diri kita dengan beban yang berat
Sehingga kita tidak mampu memikulnya
Walaupun itu ibadah
Ketauhillah…..
Ibadahitu bukan bentuk lahirnya
Banyak perkara dunia yang berubah menjadi amal dunia karena niat
Banyak perkara yang kadang menurut kita tidak ada nilainya tetapi
Disisi Allah sangat berharga
Engkau makan,minum, tidur, cari nafkah, menikah
Tetapi di niati untuk menguatkan ibadah
Itulah arti Wama kholaqtul jinna wal insa illa liyakbudun
Dan engkau dapat istiqomah sholat, puasa, dzikir
Dengan bantuan makan, minum dan menikah
Itulah artiWa’bud robbaka hatta ya’tiyakal yaqin
Jika engkau sholat, puasa tetapi tidak makan dan minum
Pasti engkau akan mati
bukankah ini bunuh diri dan jelas tidak ibadah ?
Engkau hanya sholat, puasa dan dzikir tetapi tidak menikah
Sehingga suatu ketika terjerumus zina, apakah arti semua ibadahmu ?
Ingatlah Allah pencipta manusia dengan ukuran dan aturan
Janganlah engkau mempertahankan kebodohanmu
Janganlah engkau hancur hanya karena pemahamanmu yang salah
Dan ingatlah pesan Allah Alladzina yastami’unal qoula
Fayattabi’una ahsanah…..
Orang-orang yang mendengarkan pendapat
Kemudian mengikuti pendapat yang paling bagus
Merekalah yang diberi petunjuk Allah
Dan merekalah orang-orang yang beruntung…..



KEAGUNGAN ILLAHI

(Al Muktashim)

Ratu malam sang rembulan
Raja siang sang matahari
Keduanya selalu bertentangan,
Tarik menarik
Dorong mendorong
Saling menguasai,
Seolah selalu bertanding tiada henti
Tiada yang kalah
Tak ada yang menag,
Karena dengan kedua sifat yang bertentangan ini
Seluruh alam semesta bergerak!
Dunia berputar,
Saling mengisi,
Yang satu melengkapi yang lain
Tanpa yang satu
Takkan ada yang lain,
Siang dan malam
Terang dan gelap
BAik dan jahat
Tanpa yang satu,
Apakah yang lain itu akan ada?
Tanpa adanya gelap,
Dapatkah kita mengenal terang?
Inilah sebuah kenyataan
Yang telah dikenhendaki Allah
Tanpa kehendaknya, takkan terjadi apa-apa
———————————–

KEINDAHAN FANTASI CINTA



(Al Muktashim)


Riuh… ramai… gaduh… dan penuh kegembiraan
Taman hati berwarna warni
Panggung rumah paru-paru berdiri kokoh
Kolam cinta mengalir indah keawan kasih
Badan terasa sejuk…
Segar tak terkirakan
Rumput selaput nadi bergoyang lembut
Di tiup angin cinta sejati
Burung camar jantung menukik pelan
Hinggap di pohon tulang iga putih
Matanya melihat kearah taman hati
Pandangannya terpesona oleh pemandangan cantik
Bidadari cinta dan pangeran kasih sayang
Bersenda gurau diangan yang tinggi
Hati pun gembira…
Jiwa pun lega…
Ya Allah…
Abadikan keadaan ini
Agar menjadi pedoman
Bagi hati yang saling menyatu
Mentari sanubari tersenyum riang
Alam jiwa bergembira ria
Serentak…
Jiwa0jiwa riang berdansa di sekitar taman hati
Oooh…
Indahnya fantasi cinta
————————————-

WAJAHMU



(Kitab Cinta Rumi)
Mungkin kau berencana pergi,
seperti ruh manusia
tinggalkan dunia membawa hampir semua
kemanisan diri bersamanya
Kau pelanai kudamu
Kau benar-benar harus pergi
Ingat kau punya teman disini yang setia
rumput dan langit
Pernahkah kukecewakan dirimu ?
Mungkin kau tengah marah
Tetapi ingatlah malam-malam
yang penuh percakapan,
karya-karya bagus,
melati-melati kuning di pinggir laut
Krinduan, ujar Jibril
biarlah demikian
Syam-i Tabriz,
Wajahmu adalah apa yang coba diingat-ingat lagi oleh setiap agama
Aku telah mendobrak kedalam kerinduan,
Penuh dengan nestapa yang telah kurasakan sebelumnya
tapi tiada semacam ini
Sang inti penuntun pada cinta
Jiwa membantu sumber ilham
Pegang erat sakit istimewamu ini
Ia juga bisa membawamu pada Tuhan
Tugasku adalah membawa cinta ini
sebagai pelipur untukmereka yang kangen kamu,
untuk pergi kemanapun kaumelangkah
dan menatap lumpur-lumpur
yang terinjak olehmu
muram cahaya mentari,
pucat dingding ini
Cinta menjauh
Cahayanya berubah
Ternyata ku perlu keanggunan
lebih dari yang kupikirkan

HARI KIAMAT




Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
Sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat
Ingatlah pada hari ketika kamu melihat keguncangan itu
Lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya
Gugurlah kandungan segala wanita yang hamil
Kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk
Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk
Akan tetapi adzb Allah itu sangat keras

Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak
Dan gunung-gunung menjadi bulu-bulu yang berterbangan
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat
Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban b erat yang dikandungnya
Dan manusia berftanya, “ mengapa bumi jadi begini”?

( Dipetik dari Tamasya ke Negeri Akhirat oleh Syaikh Mahmud al-mishri )

HANTARKAN AKU KESANA


.
Gejolak yang membuncah memenuhi dada ini…
Bersama asa yang rindu mendalam…
Dari hamba yang berlumur dosa dan kealpaan…
Berharap dapat bersua dengan-Mu…
Wahai Rabbul`alamiin…
Dengan taubat ku berharap…
Kuatkan jiwa ini mendatanginya…
Kokohkan langkah kaki ini menempuhnya…
Azzamkan niat ini dalam mencapainya…
Ikhlaskan hati ini menjalaninya…
Aku rindu…aku rindu…aku rindu…
Rindu berjumpa dengan-Mu dalam SYAHADAH…
Rindu bersua dengan-Mu dalam IMAN…
Rindu bersama-Mu dalam TAUHID…
Rindu indahnya hidup dalam naungan ridha-Mu…
Syari`at ISLAM…Daulah ISLAM…Khilafah ISLAM
Duhai Alloh yang tiada sekutu bagi-Mu…
Hantarkanlah kerinduanku ini…
Mudahkanlah…
Lapangkanlah…
Tuk raih cita-cita…
KEMULIAAN HIDUP DALAM ISLAM, ATAU
KESYAHIDAN DALAM PERJUANGAN
Aku berharap termasuk yang Kau hantarkan….
Ridhai dan kabulkanlah…
Amien ya Alloh, ya Rabbal`alamiin…
http://www.arrahmah.com/forum/viewthread/5/

Kamis, 01 September 2011

ALAMPUN BERTASYBIH


.

Allah Maha Besar.
Maha Suci Allah.
Segala puji hanya Untuk Allah.
Tidak ada Ilah selain Allah .
Tiada ada daya kecuali Allah.
Untaian kalimat takbir, tasybih dan tahmid.
Lantunan lembut nada-nada rindu.
Menyebut kebesaran Allah, kesucian dan pujian tanpa batas .
Dalam zat dan sifat-Nya .
Meresap kedalam sanubari.
Menyusup kedalam lekuk-lekuk sanubari.
Takbir, tasybih dan tahmid dibisikkan diri.
Bersama takbir, tasybih dan tahmid alam jagat raya.
Matahari, bulan, bintang yang berenang di samudera angkasa bertasybih.
Gunung, bebatuan, desiran angin dan gelombang laut juga bertasybih.
Tanamanpun bertasybih bersama dengan gerak gemulainya.
Seluruh makhluk melata dimuka bumi bertasbih.
Menyatu dalam symphony orchestra senandung pujian.
Hanya Allah jualah yang patut diagungkan .
Hanya Allah jualah yang patut disucikan .
Hanya Allah jualah yang patut dipuji.
Sesungguhnya segala kebesaran, kesucian dan pujian hanya milik-Nya.
Sesungguhnya seisi alam yang dilangit dan dibumi .
Ciptaan-Nya semata bagi mengabdi kepada-Nya.

Awal September 2011/ Syawal 1432 H.
( by : musni japrie

HARI KEMENANGAN



Gema takbir menerawang angkasa
Gempita tubuh-tubuh kecil berlarian penuh kegembiraan
Usailah sudah ramadhan bulan penuh baraqah dan magfirah
Tibalah 1 Syawal hari kemenangan
Kemenangan membentengi diri dari godaan hawa nafsu
Dalam puasa sejak fajar hingga terbenam mentari

Tibalah iedul fitri hari kemenangan
Kemenangan dalam menggapai beribu baraqah
Kemenangan dalam mengharap magfirah
Kemenangan memperoleh nilai seribu bulan
Harapan merangkul ganjaran berlipat
Dalam perjalanan panjang masa depan tak berujung

Usailah sudah bulan perjuangan menangguk rahmat
Kembali terlahir dalam fitrah tanpa catatan dosa
Kembali bentangkan layar membelah samudera kehidupan
Dihempas gelombang dalam nyanyi liku-liku dunia
Yang tidak mengenal belas kasih
Istiqomahlah dalam memeluk erat kemenangan
Niscaya payung ridha melindungi hamba-hamba –Nya yang shalih dan shalihah

Ujung Kota Tepian, 1 Syawal 1432 H /30 Agustus 2011
( by : musni Japrie )

KEMBALI KEPADA FITRAH



Cahaya lembayung petang terhapus datangnya senja.
Berlalulah romadhon menjemput 1 Syawal.
Lantunan nada Takbir, Tasybih dan Tahmid tiada henti.
Menyambut hari kemenangan .
Dari pergelutan melawan nafsu .
Dalam puasa utuh sepanjang hari .
Tanpa cidera dari langkah-langkah kerdil.

Cahaya fajar menyingsing menyambut pagi ceria.
Mentari bersinar menjemput embun pagi.
Angin disela dedaunan hijau berbisik lembut.
Telah datang hari kembali kepada fitrah.
Terbasuh dalam magfirah Sang Khalik.
Dalam keikhlasan ibadah tanpa pamrih.

Ditingkahi nada-nada desah suara takbir.
Menggema menyambut hari ied.
Hari kembali kepada fitrah .
Bersih tanpa goresan.
Tanpa catatan-catatan.
Terhapus dalam pinta.
Di malam seribu bulan.
Sirnalah kegelapan hati .
Dibawah kerdip lentera Illahi Rabbi.

1 Syawal 1432 ba’da magrib
( by : musni japrie )

SELAMAT DATANG 1 SYAWAL



Rembang petang akhir ramadhan berangsur memudar
Temaram senja menjelang
Mentari meredup dikaki langit seberang
Hilal 1 syawal bersembunyi malu berselaput senyum
Membisikkan ucapan lembut selamat jalan ramadhan
Bulan dengan banyak ampunan dan berlipat ganjaran
Selamat datang 1 syawal
Selamat datang iedul fitri hari kemenangan
Hari terlahir kembali kesucian diri
Dibasuh oleh taubat dan ibadah ramadhan
Hari kemenangan dalam membelenggu hawa nafsu
Mengharamkan yang halal dalam berpuasa
Hari kemenangan memberanggus godaan syaitan yang memikat
Selamat datang hari kegembiraan
Hari berbagi kebahagian dan kasih
Bagi sesama insan beriman
Dalam menggapai ridha Allah

Akhir Ramadhan 1432 H/29 Agustus 2011
( by : Musni Japrie )

SELAMAT TINGGAL ROMADHON



Bulan tua diakhir romadhon semakin meredup
Tenggelam diufuk barat
Berakhirlah perjalanan menempuh waktu
Ramadhan pamit untuk pergi dan kembali di lain waktu
Purna dan usailah tugasnya mengawal hamba-hamba
Selesailah bulan yang penuh keutamaan

Perjalanan biduk ditengah samudera ibadah mendekati pantai
Perjalanan yang tidak sunyi dari hantaman gelombang dan badai hawa nafsu
Romadhon Engkau bulan tempat dimana hamba-hamba diuji
Mengharamkan yang halal semata berharap ridha
Dihadang bisikan syaitan yang mendayu-dayu penuh pesona
Tetapi biduk tegar bagaikan batu karang tak termakan zaman
Pelabuhan tempat berlabuh penuh dengan balasan ganjaran yang berlipat
Hamba-hamba yang dinantikan nikmat pahala

Akhirnya biduk merapat dipulau harapan
Terpuaskan segala perjuangan selama romadhon dengan kemenangan
Kemenangan melawan godaan hawa nafsu sebulan berlalu
Romadhon bulan yang dengan penuh keutamaan
Mengakhiri tugasnya membawa hamba-hamba berkelana
Tuk mendapatkan imbalan yang berlipat ganda
Terimakasih romadhon, engkau telah hanyutkan kami dalam berpuasa
Selamat tinggal romadhon, selamat jalan bulan penuh ampunan

Akhir romadhon 1432 H
( by: Musni Japrie )

Sabtu, 27 Agustus 2011

AWAL KEHANCURAN



Jika sang Pencipta mememerintahkan untuk membalikkan semesta
Mengakhiri kehidupan pertama ini
Ia memerintahkan peniup sangkakala
Untuk kehancuran semesta
Tiupan sangkakala melepaskan segala yang mengikat
Terlepaslah segala hal yang mengikat diantara bnagian bagian semesta
Bumi bergetar dan berguncang keras
Gunung-gunung menumpahkan isi perutnya
Menjadi kapas- kapas yang berhamburan

Langit meledak dengan keras
Rusaklah seluruh aturan
Bintang-bintang pecah dan matahari gelap gulita
Hilanglah seluruh cahaya
Isi semesta kehilangan eksistensinya
Luluhlah semua komposisi langit
Peredaran isi langit berantakan
Bagaikan tembaga yang luluh sempurna
Alam menjadi kabut dan asap
Sebagaimana sebelum keberadaan bumi diciptakan sang Khalik
Sebagai awal kehancuran alam semesta

( Dipetik dari Tamasya ke Negeri Akhirat oleh Syaikh Mahmud al-Mishri )
27 Agustus 2011/ramadhan 1432

Jumat, 26 Agustus 2011

" HANYA DUSTA "



Katanya beriman kepada Allah Yang Maha Tunggal
Tidak ada Ilah selain Dia
Dia Yang Maha berkuasa tidak tertandingi
Tapi kenapa didustakan
Melarungkan sesajen di laut
Mempersembahkan ritual pesta bumi
Menyembelih hewan untuk selain Dia
Kita percaya selain Dia masih ada Ilah-ilah lain
Sungguh ternyata masih ada dusta

Katanya beriman kepada malaikat
Namun ingkar akan dua pencatat kebaikan dan keburukan
Tidak pernah malu berbuat kedzaliman dan kemaksiatan
Tidak pernah merasa takut akan pertanyaan Munkar dan Nakir
Tidak pernah malu kepada malaikat yang selalu bertasybih

Katanya beriman kepada Kitab-kitab Allah
Namun al-Qur’an tidak dijadikan pelita hati
Ayat-ayat al-Qur’an dibacakan untuk yang mati
Kitabullah hanya sebagai lantunan musabaqah

Katanya beriman kepada para Rasul
Muhammad Rasul-Nya terakhir
Diicintai sepenuh hati
Tapi sunnahnya diabaikan dan diingkari
Bid’ah dijadikan kebanggaan dibela sepenuh hati
Teladan Rasul diterlantarkan dan ditinggalkan

Katanya beriman kepada hari akhir
Percaya akan hari perhitungan
Percaya adanya hidup abadi sesudah kematian
Percaya akan keberadaan surga dan neraka
Namun selalu bergaul dengan perbuatan maksiat
Larangan dijadikan sahabat
Perintah wajib dilupakan

Katanya beriman kepada takdir
Kehendak-Nya pasti terjadi
Keputusan-Nya pasti terealisasi
Tapi ketetapan-Nya diingkari
Rezeki dari-Nya tidak disyukuri
Semuanya hanyalah dusta belaka

Minggu terakhir Ramadhan 1432 H
( by: musni japrie )

Kamis, 25 Agustus 2011

MENGIKUTI JEJAK RASUL



BY : Musni Japrie


Terpahat di dinding kalbu setiap insan mu’min
Ungkapan kata sang pemberi teladan
Kuwariskan dua pusaka tak ternilai
Kitabullah dan as-sunnah
Tali pengikat agar kalian tidak salah memilih
Jalan menuju akhlakul karimah
Apabila kalian saling terpecah
Kembalilah kepadanya
Kitabullah kalamullah
As-sunnah jalan hidupnya Rasul

Di padang arafah
Di haji perpisahan
Rasul pilihan pemimpin umat
Dibisiki pesan : ‘Telah sempurna agama ini “
Lengkaplah sudah syari’at
Jauhkan perkataan ulama yang menyalahi kitabullah dan as-sunnah
Jadilah insan yang berpegang teguh pada jejak Rasulullah

Empat belas abad silam Rasul pilihan berpesan
janganlah membuat yang baru dalam agama
Hal-hal yang baru dalam agama tertolak dan sesat
Sesat itu tempatnya di neraka
Pegang teguhlah sunnahnya Rasul dan sunnahnya para sahabat
Gigit dengan geraham kalian.

Berjalanlah di jejak yang Rasul gariskan
Warisan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
Diriwayatkan ulama salafus shalihin
Sunyi dari bid’ah

Jalan Jakarta, BB-12 Romadhan 1432

CINTAKU ENGKAU SEGALA-GALA NYA



By : Musni Japrie

Cintaku Engkaulah segala-galanya
Aku reguk habis nikmat tak terhitung dari-Mu
Engkau hamparkan apa yang aku minta
Engkau berikan kehangatan cinta dengan siraman mentari pagi
Engkau buai aku dengan selimut malam dalam tidurku
Engkau lukis keindahan rembang petang dengan untaian pelangi
Tetapi semuanya terabaikan dariku
Lirikan rindu dunia dan lambaian tangan-tangan nafsu berahi
Kemilau gemerlap harta dan nyanyian bisikan syaitan
Membuat aku tergoda dan jatuh terlena dibuai mimpi fatomargana
Aku berlari meninggalkan cinta-Mu
Mengejar cinta dengan janji-janji kosong
Melalaikan aku dari cinta-Mu
Aku telah berbagi cinta dengan selain Engkau

Wahai yang Maha Segala-galanya
Engkau tak pernah tinggalkan aku dari cinta-Mu
Engkau bisikkan kembali rindu-Mu
Terbangun aku dari tidur dan mimpi yang melalaikan
Wahai yang mempunyai rindu
Hidupkan kembali lentera hati yang telah memadam
Rangkul aku kembali dalam hariban-Mu
Bangkitkan gairahku untuk bercinta dengan-Mu
Gelitiklah kalbuku dengan rindu kepada-Mu
Dalam fajar, siang, rembang petang, temaram senja dan gelapnya malam
Utuhkan cintaku hanya untuk-Mu
Tolonglah aku untuk tidak lalai dari-Mu wahai yang kucinta.

Tepian Mahakam, media Agustus 2011

"DUHAI ALLAH ..... "



Mungkin aku memang harus mati dalam rindu yahng tak pernah terungkapkan...
Tapi aku hanya ingin mati dalam perasaan cinta ygn terdalam kepada-Mu...
Jangan biarkan aku sedetikpun berpaling dari-MU...
Karena aku akan mati dalam penyesalan yang teramat sangat...
Wahai Pembolak-balik Hati...
Jika memang hati ini milik-Mu sepenuhnya...
Aku mohon dengan sangat...
Isilah ruang-ruang yang hampa dengan segala kekaguman dan penghambaaanku pada-Mu...
Dan ketika aku jatuh cinta...
Pilihkan aku lelaki teristimewa yang membuatku semakin rindu pada-MU...
Yang membuatku semakin sering memuji keagungan-Mu...
Karena aku mencintainya...
Hanya karena-MU...
Duhai Robbi penguasa hati...
Percayalah...
kau menempati hampir seluruh ruang sukmaku...
Hanya ada secuil ruang yang kubiarkan kosong...
Itupun singgasana bagi pria pilihan-Mu...
Allah Robbi..
Sang Penyemai benih-benih cinta...
Ketika aku jatuh cinta...
Tanamlah ruangan tadi dengan bibit terbaik yang pernah Engkau semaikan...
Agar tumbuh cinta abadi yang sepenuhnya menuju pada cinta kami untuk-Mu...
Hindarkanlah aku dari kejamnya cinta dan tersiksanya merindu kecuali pada-Mu...
Duhai Allah...
Ketika aku kalah..
dan ketika aku patah...
Balutlah hatiku yang terbelah...
Juga terpisah-pisah...
Karena aku ingin mencintai-Mu sepenuhnya...
Baik saat aku mencinta...
Ataupun saat aku kalah...

" Sadarlah Engkau Wahai Diri "



By : Musni Japrie

Wahai diri…….
Tahukah engkau bahwa sejak awal bagimu telah ditetapkan segalanya
Berapa lama engkau berjalan diatas hamparan bumi
Berapa lama engkau bernaung di bawah langit
Semuanya telah dituliskan, engkau hanya menjalaninya

Tahukah engkau wahai diri
Hidupmu diantara dua tangis
Tangis saat engkau melihat dunia
Dan tangis saudaramu ketika engkau menuju liang lahat
Apa yang engkau telah lakukan diantara dua tangis itu ?
Apakah engkau pernah menangisi dirimu sendiri ?
Tahukah engkau bahwa perjalanmu diantara dua tangis itu cepat berlalu
Sudahkah kau berbekal untuk perjalanan panjang ?
Atau engkau lupa segalanya karena terpukau gemerlap dunia
Engkau terlalaikan oleh buaian nafsu dan syahwat

Wahai diri…..
Tangisilah dirimu sebelum engkau akan menangis berkepanjangan nanti
Sanggupkah engkau menahan siksa dan derita tiada henti
Jejak perjalananmu dicatat tak henti oleh dua malaikat
Rekaman yang kelak tidak dapat engkau pungkiri
Engkau akan mendapatkan ganjaran walaupun hanya sebiji zarah
Engkau sendiri yang memilih diantara dua pilihan
Melihat wajah Allah yang engkau rindukan
Atau engkau lebih suka derita dalam panasnya neraka
Sadarlah engkau wahai diri

" Ku ingat Engkau Cintaku "


K a r y a : Musni Japrie

Dikeheningan ujung malam sepi
Kutinggalkan ranjang malam yang penuh gairah
Kubasuh jiwa dengan air sejuk menyegarkan
Aku sambut Kekasih yang turun kelangit dunia
Sujud pasrah dalam tahajud aku ingat Engkau
Aku menyebut nama-Mu cintaku
Ketika fajar menguning dikaki langit timur, aku bersujud dalam sholat subuh hanya untuk mengingat –Mu
Ketika embun pagi menggantung di ranting pepohonan dan ketika matahari sepenggalah tiada yang ku ingat selain Engkau cintaku
Aku bersujud dalam diwaktu dhuha
Kusebut lagi nama-Mu dalam zhuhur ketika matahari tergelincir,karena aku cinta Engkau cintaku.
Ketika bayang-bayang telah memanjang
Matahari condong kebarat
Aku basuh mukaku untuk bersujud dalam ashar
Ketika senja temaram tiba, warna langit merah tembaga
Suara azan telah menggema
Kuhamparkan sujud dalam waktu magrib untuk mengingat-Mu semata wahai cinta-ku
Gelap malam menghapus cahaya senja
Bintang dilangit juardi berkelip
Kupasrahkan diriku dalam bersujud di waktu isya
Tiada waktu tanpa mengingat-Mu cintaku
Tiada waktu tanpa menyebut nama-Mu
Tanpa henti mengharap ridho-Mu
Engkaulah segalanya bagiku
Engkaulah yang Maha Mendengar pintaku
Tolonglah aku wahai Cintaku untuk menggapai cinta-Mu.

Ba’da ashar, awal romadhan 1432 h

"BIDADARI PAGI "



Karya: Huda M Elmatsani

Matahari selalu meyakinkan kita
bahwa untuk setiap malam yang gulita dan panjang
pasti menyimpan sisi terang di ujungnya
Sisi terang yang selalu berbeda dari satu waktu ke lain waktu.
Tetapi ada kenikmatan yang hampir sama, ialah kehangatan
seperti genggaman tanganmu
merapatkan jarijemari pada jemariku di dada.
Gerimis kadang datang
tetapi itu akan memperindah ladang bunga
saat kugunting pelangi untuk ikat rambutmu
dan bidadari tak dapat turun ke bumi karenanya.
Kamulah pemandangan paling indah
sedang senyumanmu terekam abadi lukisan Davinci.
Di rebak rambutmu, kucium semerbak melati
setiap kali kusibak tiap helainya, aku menemukan wajahmu
manja berbisik pada angin. Akulah bidadari itu.