Kamis, 21 Februari 2013

LARANGAN MENGIKUTI KEPERCAYAAN WARISAN NENEK MOYANG



Gambar : Ilustrasi

Di tengah-tengah masyarakat Muslim di negeri ini, masih banyak terdapat orang-orang yang menjadikan kepercayaan warisan nenek moyang yang mereka namakan sebagai tradisi adat dan budaya yang perlu dipertahankan dan dilestarikan sebagai budaya bangsa.
Mempertahankan dan melestarikan kepercayaan nenek moyang dan leluhur yang hidup di abad-abad yang lampau  yang diwarisi secara turun temurun tersebut sepertinya sudah menjadi kebutuhan untuk dilakukan dalam kepentingan dan sarana meminta perlindungan dan pertolongan oleh sebagian kalangan kaum muslimin sebagaimana yang dulu dilakukan orang-orang jahiliyah yang aninisme.
Mengingat bahwa mereka-mereka yang berpegang teguh kepada tradisi adat istiadat dan budaya berupa kepercayaan kepada sesuatu selain Allah tersebut sebagian besar adalah  mereka-mereka yang telah mengikrarkan ucapan Laa Ilaaha Illallaah , maka muncullah pertanyaan bagaimanakah kedudukan aqidah Islam yang disandang mereka.?
Mereka-mereka yang melazimkan melakukan ritual-ritual tradisi adat istiadat dan budaya warisan leluhur  yang sebenarnya tiada lain sebuah bentuk kepercayaan kepada selain Allah secara turun temurun terbukti telah menjadikanya sebagai bagian dari kehidupan keseharian dan bahkan sudah terakumulasi dalam kehidupan keagamaan mereka. Karena sebagaimana yang nampak secara kasat mata bahwa selain melakukan berbagai ibadah yang disyari’atkan dalam Islam, ternyata juga mereka tidak pernah absen melakukan ritual-ritual yang disebut sebagai tradisi adat dan budaya warisan leluhur
Dalam ulasan berikut ini akan dikupas secara sepintas bagaimana ulah dari kalangan sebagian umat islam yang menganggap bahwa ritual-ritual yang ditiru dari  para leluhur terdahulu layaknya bagian dari agama ditinjau dari kacamata aqidah Islam. 

Keyakinan/Kepercayaan  Para Leluhur Yang Diwariskan Turun Temurun Dari Generasi ke Generasi
Sesungguhnya banyak sekali ragam tradisi adat istiadat dan budaya yang diwarisi dari leluhur oleh berbagai ragam suku yang ada di negeri ini yang berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan adanya sesuatu kekuatan ghaib yang mengatur alam semesta ini
Sebagaimana diketahui berdasarkan catatan sejarah bahwa   para leluhur yang hidup di zaman  lampau ,hidup dalam kegelapan jahiliyah yang tidak mengenal agama tauhid, tetapi mereka mempunyai kepercayaan bahwa benda-benda di alam yang ada disekitar mereka itu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kehidupan mereka. Mereka mempercayai bahwa benda-benda tersebut dapat memberikan manfaat dan juga dapat memberikan kemudharatan sehingga perlu ditakuti dan disembah. Zaman dimana para leluhur tersebut dikenal mempunyi kepercayaan yang  dikenal dengan animisme dan dinamisme yang samasekali tidak mengenal tauhid.
Berikutnya dengan masuknya Hindu dan Budha kepercayaan yang selama itu dianut bercampur pula dengan kepercayaan Hindu dan Budha yang sebenarnya tidak terlalu jauh perbedaannya. Mereka-mereka tersebut melakukan penyembahan-penyembahan  kepada para dewa-dewa, jin-jin, gunung, bebatuan, pepohonan dan apa saja yang sebenarnya termasuk makhluk yang diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta. Mereka-mereka tersebut mencintai dan takut kepada apa yang disembahnya
Kepercayaan para leluhur dan nenek moyang diabat-abad lampau tersebut tidak saja terbatas kepada ruang lingkup penyembahan kepada makhluk selain Allah , tetapi sebenarnya lebih luas lagi yaitu kepercayaan kepada adanya roh-roh orang-orang sudah mati yang dapat dimintai pertolongan. Mereka juga sangat mempercayai kepada dukun-dukun dan tukang sihir, mempercayai keampuhan jimat-jimat, mempercayai adanya kesialan, mempercayai bahwa benda-benda mati mempunyai roh yang dapat mendatangkan kemudharatan dan kebaikan, melakukan penyembelihan hewan sebagai korban dan tumbal.
Selain  melakukan penyembahan kepada zat selain Allah para leluhur yang hidup di zaman jahiliyah juga melakukan berbagai ritual-ritual adat yang terkait dengan kepercayaan mereka seperti ritual tolak bala, tepung tawar dan banyak ritual-ritual lainnya lagi yang menunjukkan keterikatan mereka dengan roh-roh dan jin serta yang dianggap dewa oleh mereka. Apa saja bagian dari kehidupan manusia sejak dari dalam kandungan hingga matinya tidak pernah lepas dari berbagai ritual yang sebenarnya bersumber dari kepercayaan yang mereka anut.
Cara penyembahan yang dilakukan oleh mereka-mereka tersebut adalah dengan memberikan sesajen serta tumbal pada tempat-tempat yang dianggap sebagai domisilinya roh-roh dan para jin serta yang mereka namakan dewa-dewa.Seperti di laut, sungai, danau, kolam, perigi atau selokan-selokan ). Ada pula yang menggantungkan sesajen di pohon-pohon besar yang diyakini ada jin atau makhluk halus  penunggu pohon-pohon tersebut. Bermacam cara dan bentuk penyajian sesajen yang dilakukan oleh masyarakat pada zaman dahulu tersebut.
Kepercayaan para leluhur atau nenek moyang yang digambarkan diatas selanjutnya terus diwarisi secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya sampai kepada generasi sekarang dengan nama tradisi adat dan budaya leluhur.
Berbagai ragam tradisi adat dan budaya dari leluhur yang terkait dengan kepercayaan dan terakumulasi dengan kepercayaan dari berbagai negeri seperti India, Cina, Eropah dan lain-lainya terus dipertahankan sepanjang zaman  sampai sekarang oleh berbagai suku , meskipun sebenarnya mereka-mereka tersebut mengaku sebagai muslim.
Berbagai perilaku yang menunjukkan bahwa terus dipertahankannya tradisi adat dan budaya berupa kepercayaan kepada selain Allah yang dilakukan oleh sebagian kalangan kaum muslimin dinegeri ini antara lain:
1.Diselenggarakannya berbagai pesta adat budaya yang bentuknya memberikan sesembahan beruapa sesajen dan tumbal seperti pada pesta laut, pesta sedekah bumi, pemberian sesajen dan tumbal pada kawah-kawah gunung, menggantungkan sesajen pada pohon-pohon besar seperti pada pohon beringin.
2. Dalam melakukan berbagai hajatan yang dilakukan oleh perorangan seperti pesta perkawinan sampai kepada hajatan yang berkenaan dengan kelahiran atau yang lainnya biasanya dilakukan pula berbagai ritual yang tidak ketinggalan menyediakan sesajen.
 3. Melakukan penyembelihan hewan ternak untuk tumbal sebagai bentuk pengorbanan kepada makhluk yang dikuatirkan akan menimbulan bencana dan malapetaka .Tumbal diberikan-biasanya pada acara-acara peresmian pembangunan proyek-proyek jembatan, bendungan, jalan, pabrik dan pembukaan tambang-tambang baru. 
3.Mendatangi kuburan-kuburan dan tempat tempat keramat dengan membawa bunga-bungaan  lalu berdoa menyampaikan berbagai hajat .
4.Bernazar di kuburan-kuburan dan tempat-tempat yang dianggap berkeramat.
5.Mendatangi dan mempercayai dukun,para normal, orang-orang pintar serta tukang sihir untuk keperluan pengobatan dan keperluan lainnya seperti memasang susuk, penglaris, guna-guna, tahan terhadap senjata , ramalan dan lain-lain  sebagainya.
6.Mempercayai jimat sebagai pelindung diri dan jimat yang memiliki kemampuan yang bertuah.
7.Mempercayai adanya hari, tanggal dan bulan yang mengandung kesialan seperti hari dan tanggal kelahiran, bulan suro.
8.Mempercayai akan datangnya kesialan dari tanda-tanda seperti suara burung, adanya ular yang melintas yang di dalam Islam disebut sebagi tathoyur.
9. Berdoa dan meminta pertolongan kepada selain Allah, yaitu kepada roh-roh dan jin-jin serta dewa-dewa.
10.Menyelenggarakan peringatan kematian seperti 3 hari, 7 hari, 25 hari 100 hari dan 1000 hari setelah kematian, dengan maksud mengirimkan bacaan-bacaan ayat-ayat al-Qur’an.
11.Melakukan ritual-ritual tolak bala dengan tepung tawar pada berbagai upacara. Melakukan ruwatan, menyiramkan air kembang yang sudah diberikan doa pada kendaraan agar terhindar dari kecelakaan
12.Menyediakan nasi tumpeng dalam berbagai ragam kegiatan seperti ulang tahun sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada sang pencipta ( ?) pada hal nasi tumpeng bagian dari kepercayaan leluhur.
Sebenarnya banyak lagi ragam bentuk perbuatan yang di akrabi oleh sebagian orang di negeri ini yang merupakan kepercayaan warisan dari leluhur yang dianggap sebagai tradisi adat dan budaya,namun bukan pada tempatnya untuk membahas secara terperinci.

Islam Melarang Umatnya Untuk Mengikuti Kepercayaan  Nenek Moyang Karena Syirik
Dengan diutusnya  Nabi Muhammad Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk menegakkan tauhid dengan meng- Esakan Allah subhanahu wa ta’ala melalui Islam maka secara otomatis seluruh bentuk agama dan kepercayaan yang lainnya dinyatakan bathil, tentunya termasuk pula kepercayaan dari nenek moyang yang jahiliyah dimasa lampau. Karena kepercayaan mereka tersebut bertentangan dengan aqidah Islam, dimana kepercayaan masyarakat jahiliyah tersebut seluruhnya penuh dengan kesyirikan dan tidak mengenal samasekali apa yang dinamakan iman kepada Allah sebagai Yang Maha Pencipta dan yang wajib dan berhak  untuk disembah secara benar.
Dengan ditetapkannya Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, maka seluruh umat manusia wajib untuk memilih Islam sebagai agamanya dan beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta tunduk dan taat kepada ketentuan yang telah digariskan dalam syari’at sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Konsekwensi untuk itu maka seluruh umat wajib untuk meninggalkan dan membuang jauh-jauh segala bentuk kepercayaan/keyakinan yang dipegangnya, termasuk dalam hal ini kepercayaan warisan dari nenek moyang yang hidup dimasa lampau.
Namun demikian, masih banyak diantara umat manusia yang tidak mau mengindahkan apa yang diperingatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala agar meninggalkan kepercayaan warisan nenek moyang yang penuh dengan kesyirikan, mereka tetap memegang teguh kepercayaan tersebut dengan dalih melestarikan adat istiadatc dan budaya leluluhur. Meskipun mereka tekun melakukan amalan-amalan ibadah fardhu dan sunnah serta amalan lainnya, tetapi disatu pihak pada waktu-waktu tertentu mereka melakukan pula ritual-ritual kepercayaan yang diwarisi dari nenek moyangnya.
Berkaitan dengan sikap sebagian anak manusia yang tetap menggeluti ritual-ritual kepercayaan peninggalan jahiliyah telah disinggung dalam al-Qur’an melalui beberapa ayat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(QS.Al Baqarah : 170 )

Pada ayat lain Allah ta’ala berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ إِلَى مَا أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُواْ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?.(QS.Al Maidah : 104 )

Selain itu Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman :

وَإِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً قَالُواْ وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءنَا وَاللّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء أَتَقُولُونَ عَلَى اللّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji [532], mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?(QS.Al A’raf : 28 )
 Keterangan :
[532] Seperti: syirik, thawaf telanjang di sekeliling Ka'bah dan sebagainya.

Pada ayat lain Allah ta’ala berfirman :

فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هَـؤُلاء مَا يَعْبُدُونَ إِلاَّ كَمَا يَعْبُدُ آبَاؤُهُم مِّن قَبْلُ وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمْ نَصِيبَهُمْ غَيْرَ مَنقُوصٍ

Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka [737]. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikitpun.(QS.Huud : 109)
 K e t e r a n g a n :
[737] Maksudnya: jangan ragu-ragu bahwa menyembah berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan buruk akibatnya.

Firman Allah azza wa jalla :

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَـمًّى قَالُواْ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَآؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ

Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata(QS.Ibrahim: 10)

Selain beberapa ayat dalam al-Qur’an yang melarang mengikuti kepercayaan warisan para nenek moyang, hadits dari Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga menyinggung tentang hal tersebut sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah  dalam Musnad beliau :

مسند أحمد ٢٦٠٣: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ يَعْنِي الدَّسْتُوَائِيَّ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَفْتَخِرُوا بِآبَائِكُمْ الَّذِينَ مَاتُوا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَمَا يُدَهْدِهُ الْجُعَلُ بِمَنْخَرَيْهِ خَيْرٌ مِنْ آبَائِكُمْ الَّذِينَ مَاتُوا فِي الْجَاهِلِيَّةِ
Musnad Ahmad 2603: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud telah menceritakan kepada kami Hisyam yakni Ad Dastuwa`i dari Ayyub dari Ikrimah darii Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian saling membanggakan leluhur kalian yang telah mati pada masa jahiliyah. Maka demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh serangga yang menggelincirkan kotoran dengan hidungnya adalah lebih baik daripada leluhur kalian yang telah mati pada masa jahiliyah."

Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Shalihin mengutip dari  hadits  yang panjang mengenai perintah Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam untuk menyembah Allah Yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya dan tinggalkan apa-apan yang dikatakan oleh nenek moyangmu semua :
Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Hadisnya yang panjang dalam menguraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab: "Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua." Ia juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri dari keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)

Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam sejak awal sudah mempredeksi adanya orang-orang yang kembali kepada agama nenek moyang mereka sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat imam Muslim rahimahullah dalam kitab shahih-nya dari Aisyah radhyallaahu’anhuma :

صحيح مسلم ٥١٧٤: حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَأَبُو مَعْنٍ زَيْدُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقَاشِيُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي مَعْنٍ قَالَا حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللَّاتُ وَالْعُزَّى فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ لَأَظُنُّ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ
{ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ }
أَنَّ ذَلِكَ تَامًّا قَالَ إِنَّهُ سَيَكُونُ مِنْ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً فَتَوَفَّى كُلَّ مَنْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيَبْقَى مَنْ لَا خَيْرَ فِيهِ فَيَرْجِعُونَ إِلَى دِينِ آبَائِهِمْ
و حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَهُوَ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

Shahih Muslim 5174: Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al Jahdari dan Abu Ma'nu Zaid bin Yazid Ar Raqasyi teks milik Abu Ma'nu, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan kepada kami Abdulhamid bin Ja'far dari Al Aswad bin Al Ala` dari Abu Salamah dari Aisyah berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Malam dan siang itu tidak akan lenyap hingga Laata dan 'Uzza disembah." Aku berkata: Wahai Rasulullah, aku mengira hal itu ketika Allah menurunkan ayat: "Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai" (At Taubah: 33) bahwa ia telah sempurna. Beliau bersabda: "Sesungguhnya hal itu akan terjadi dengan kehendak Allah, kemudian Dia akan mengirim sebuah angin yang lembut hingga Dia mewafatkan setiap orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meski hanya sebesar biji sawi, lalu yang tersisa hanyalah orang-orang yang di dalam dirinya tidak ada kebaikan sedikitpun sehingga mereka kembali kepada agama nenek moyang mereka." Telah menceritakannya kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja'far dengan sanad ini dengan matan serupa.

Allah subhanahu wa ta’ala telah menghilangkan seruan-seruan jahiliyah sebagaimana disebutkan  dalam hadits yang diriwayatkan imam At-Tirmidzi rahimahullah dari Abu Hurairah radhyallaahu’anhu :
سنن الترمذي ٣٨٩١: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مُوسَى بْنِ أَبِي عَلْقَمَةَ الْفَرْوِيُّ الْمَدَنِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَهَذَا أَصَحُّ عِنْدَنَا مِنْ الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ وَسَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ قَدْ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ وَيَرْوِي عَنْ أَبِيهِ أَشْيَاءَ كَثِيرَةً عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَقَدْ رَوَى سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَ حَدِيثِ أَبِي عَامِرٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ
Sunan Tirmidzi 3891: Telah menceritakan kepada kami Harun bin Musa bin Abu 'Alqamah Al Farwi Al Madani telah menceritakan kepadaku ayahku dari Hisyam bin Sa'd dari Sa'id bin Abu Sa'id dari ayahnya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari diri kalian seruan-seruan Jahiliyah dan berbangga-bangga dengan nenek moyang, (yang ada hanyalah) seorang mukmin yang bertakwa atau seorang fajir (pendosa) yang celaka, semua manusia adalah anak Adam, dan Adam tercipta dari tanah." Abu Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan, dan menurut kami, hadits ini lebih shahih dari pada hadits yang pertama, sebab Sa'id Al Maqburi telah mendengar dari Abu Hurairah, dan dia juga meriwayatkan dari ayahnya banyak riwayat dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Sufyan Ats Tsauri dan yang lainnya dari Hisyam bin Sa'd dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits riwayat Abu 'Amir dari Hisyam bin Sa'd.
Melakukan ritual-ritual tradisi kepercayaan warisan turun temurun dari nenek moyang oleh mereka-mereka yang mengaku beriman sesungguhnya telah melakukan kemunafikan, karena disatu sisi mengku sebagai muslim dan melaksanakan amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan tetapi disisi lain melakukan pula penyembahan-penyembahan kepada dewa-dewa, jin-jin, roh-roh halus dan makhluk halus lainnya, menyembah pohon-pohon, batu-batuan sebagaimana yang dulu dilakukan oleh nenek moyang di zaman jahiliyah. Sehingga dengan demikian mereka tersebut telah menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tandingan Allah.
Menyembah tandingan-tandingan selain Allah dan mencintainya sebagaimana mencintai Allah sebagaimana yang dilakukan oleh para nenek moyang di zaman jahiliyah. Dimana mereka-mereka tersebut melakukan penyembahan kepada benda-benda  yang termasuk makhluk ciptaan Allah .Perbuatan ini merupakan perbuatan syirik. Hal ini sesuai dengan yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu [106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.(QS.Al Baqarah : 165 )
Keterangan :
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَـكِن ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ

Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. (QS.Huud : 101)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya, sebagaimana yang dikatakan dalam al-Qur’an :

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS. An Nisa’ : 48)

Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan baginya Surga.
Allah Ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Al Maidah : 72)

Sesungguhnya mereka-mereka yang mengaku sebagai muslim tetapi tetap juga melakukan ritual-ritual penyembahan kepada makhluk sebagaimana kepercayaan nenek moyang mereka, maka seluruh amalan yang dilakukannya sebagai muslim akan gugur. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala :

ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am : 88)

Kesimpulan dan Penutup
Tidaklah dapat dimungkiri bahwa masih ada diantara penduduk nusantara ini  yang  mengaku sebagai Muslim tetapi perilaku kehidupan keberagamaannya masih mereka campurkan dengan tradisi ritual kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari lelulur dan nenek moyang yang hidup di zaman jahiliyah yang tidak dan belum mengenal iman dan tauhid.
Tradisi kepercayaan yang mereka sebutkan sebagai tradisi adat dan budaya warisan leluhur ,menurut mereka perlu dipertahankan dan dilestarikan sebagai budaya bangsa agar tidak lenyap  untuk kemudian diwariskan lagi kepada generasi mendatang. Namun mereka mereka tersebut tidak atau belum atau kurang menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dengan melakukan ritual-ritual keagamaan dari kepercayaan nenek moyang mereka tersebut sebenarnya tiada lain adalah membuat atau menjadikan tandingan bagi Allah Yang Maha Pencipta, perbuatan tersebut adalah perbuatan menyekutukan Allah, perbuatan yang amat terlarang dan sebagai perbuatan sebesar-besar dan sejelek-jeleknya kedzaliman. Bagi mereka tempat kembalinya nanti adalah neraka jahanam dan diharamkan surga.
Syirik sebagai perbuatan menyekutukan Allah merupakan dosa yang tidak diampuni, kecuali yang melakukannya meminta ampun dan bertaubat dari perbuatannya.
Sejalan dengan itu dihimbau kepada seluruh saudara-saudara sesama muslim yang terbiasa melakukan ritual-ritual penyembahan berdasarkan kepada kepercayaan yang diwarisi dari nenek moyang dan para leluhur agar segera bertaubat dan meninggalkannya. Insya Allah taubat kalian akan  diterima, dan mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala memberikan petunjuk-Nya kepada kita . Amin ( Wallaahu ta’ala a’lam)

Sumber :
1.Al-Qur’an dan Terjemah , www.salafi-db
2.Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam, www.lidwa pusaka.com
3.Parasit Akidah, A.D.EL.Marzdedeq



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar